Siapa sangka
Tanah
tempatku berpijak ini sudah lama berjuang
Tekanan
menerpa bak gulungan ombak menerjang pesisir
Guyuran peluh
serta degup jantung senantiasa menggelayuti
Aku disini,
teronggok kaku menatap layar kaca
Mataku
mengikuti alur kanan kiri pahlawan kami
Tak bisa
dielakkan lagi, meski bukan pertumpahan darah, ini adalah perihal hidup dan
mati
Bangsa kami
sejak dulu meronta
Penjajah
bejat menyisakan derita dan luka
Kami terbiasa
susah duluan
Namun
itupula-lah yang menggelorakan hayat
Pusaka kami
berhasil dikibarkan
Bangsa lain
pun mengakui kami sebagai sebuah kebebasan
Sekarang
mereka sadar, tanah pertiwi ini bukan arena permainan
Esok adalah
puncaknya
Tidak, bukan
puncak !
Hanya
setingkat lebih tinggi dari anak tangga kesekian
Tak ada
istilah akhir bagi kami
Tapi
sekiranya takdir digenggaman, esok mentari akan bersimpuh memohonkan kejayaan
Esok rembulan
akan menjadi saksi kedigdayaan yang pertama
Dan berjuta
rakyat bangsa bersorak sumringah
Ini bukan
harapan, melainkan kewajiban
Indonesiaku
harus kembali pulang dengan trofi kemenangan