Kamis, 20 April 2017

First Love and Hopelessness

Mungkin kedengarannya agak kekanakan ya? Tapi begitulah, semua orang pasti punya cinta pertama. Banyak yang bilang bahwa cinta pertama seorang gadis adalah ayahnya. Well, itu gak perlu masuk hitungan. Aku yakin kita semua sependapat. Nah, yang kumaksud first love disini tak lain adalah seorang aktor dari negeri ginseng. Yup, Korea Selatan!
Ah, jangan mendesah dulu. Aku bukan seperti orang kebanyakan yg fanatik dengan beragam oppa dari beragam profesi. Hanya satu orang yang selalu kunantikan kehadirannya. Satu. The one and only. Siapa diaaa?
Baik, supaya tulisan ini cukup panjang, akan kupaparkan dulu karakteristiknya. Selayaknya aktor, sudah pasti dia punya paras yang rupawan (faktor utama ha-ha). Kelopak matanya kelewat sipit sampai-sampai teman-temanku menjadikannya bahan olokan. Bibirnya lebih pantas dibilang macho alih-alih maho, ha-ha. Karena, yah--buat K-lovers jangan tersinggung ya--some of korean oppa, bagiku, kelihatan seperti orang melambai alih-alih maskulin. Tapi yang satu ini pengecualian. He's so crazy handsome korean guy I've ever seen. [Gilak, jadi alay!] Terserah bagi kalian yang kurang setuju, itu urusanmu. Protes pun silahkan, toh aku hanya fanatik, bukan simpatik.
Sudah dapat gambaran? Hm, mungkin masih terlalu kasar, ya. Baik, akan kuberikan rangkaian drama yg pernah dimainkannya. Pertama kali kulihat perannya dalam Drama "Angry Mom". Disanalah istilah first love ini muncul. Lalu kutemukan lagi dia di "Cheer Go Up". Perannya sebagai penindas semakin membuatku suka . "Scarlet Heart Ryeo" dan "Weightlifting fairy, Kim Bok Joo" merupakan sederetan drama yang mengobati kerinduanku akan wajah imutnya (♥) . Sekarang aku benar-benar kekanakan, kan? Nah, sudah bisa ditebak?
Terlepas dari rasa penasaran kalian, akan kujelaskan mengapa judul tulisan ini ada "hopelessness"-nya. Okay. Bicara tentang harapan, tentunya tak ada yang bisa menghalangi siapapun untuk berharap, bukan? Tapi yaa realistis juga, dong, bung. Ibarat seekor ikan yang ingin hidup di daratan, beginilah kira-kira harapanku akan dia (Ciee). Tak perlu panjang lebar, kukira kalian pasti sudah paham.
Aah, post ini jadi kelewat panjang, ya. Akupun sudah kehabisan kata-kata. Well, namanya Ji Soo--jika kalian masih belum tau.
Postingan berikutnya akan kutunjukkan foto-foto Ji Soo yang--kata sekutuku--so ganteng (ha-ha).

Sudah dulu, ya.
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca.
See you !

Selasa, 18 April 2017

See You again

Rasanya hampa sekali. Kulihat lagi foto-foto yang tersenyum itu, seakan bilang padaku untuk bersabar. Bahwa kita pasti bertemu kembali.
Sudah beberapa hari belakangan ini aku bersedih tanpa alasan. Mungkin karena perpisahan yang kurang membekas. Mungkin tumpukan air mata yang tak kunjung tumpah. Atau mungkin perasaanku selama 3 tahun ini yang terpendam jauuuh didalam relung pikiran, yg tak sempat terucapkan lantaran aku tak pandai menyusun kata. Ah, seharusnya aku bahagia tanggal 17 kemarin. Seharusnya aku mengabadikan wajah mereka bersamaku. Satu per satu. Namun entah mengapa aku tidak bisa. Semua orang pada hari itu menangis, lalu tertawa. Aku satu-satunya yang memasrahkan diri pada keadaan. Aku duduk di bawah pohon. Mengamati lambaian rok abu yang sama lelahnya seperti diriku. Angin berembus. Untung saja suasananya sejuk. Seseorang memanggil. Saatnya potret bersama.
Aku mau berkilas balik pada menit-menit sebelumnya, ketika kami semua masih di ruang kelas, saling berbagi kesan, pesan, dan harapan. Lebih setengahnya dari jumlah yang hadir berdiri di depan kelas, menyampaikan maaf dan terima kasih. Aku hanya duduk diam mendengarkan. Semuanya berharap untuk kesuksesan bersama, dan tentu saja mohon doa untuk diri sendiri. Ada yg tak kuasa menahan tangis. Ada juga yang tersenyum seolah-olah mereka hanya pamit pulang, dan besok akan datang lagi. Hingga detik ini, aku bahkan tidak menangis. Apa yang salah dengan si melankolis ini? Benarkah hatiku sekeras karang?
Kuakui, baru sekarang aku merasa kosong. Perpisahan itu lumrah, memang. Aku tau sebentar lagi kami akan benar-benar menyebar. Bahkan ada yang sangat jauh sampai ke negeri jiran. Hanya satu inginku. Suatu saat nanti, saat takdir berpihak pada kita, tetaplah tersenyum satu sama lain seperti foto kalian di buku tahunan sekolah. Jangan acuh. Karena seperti kita tau, sakitnya dilupakan teman lama sama seperti belati yang dihujamkan ke dada.

#Excifio
#Seeyou